- 02 August 2022
- Sertifikasi
Lubang Resapan Berpori

Biopori Adalah metode alternative untuk meresapkan air hujan dan mengolah sampah organik, sampah yang dimasukkan kedalam lobang akan memancing fauna – fauna didalam tanah untuk membuat terowongan kecil sehingga air cepat meresap. Lubang didalam tanah yang terbentuk akibat berbagai aktifitas organisme didalamnya seperti cacing, perakaran tanaman, rayap dan fauna tanah lainnya, diamna lubang-lubang yang terbentuk akan terisi udara dan akan menjadi tempat berlalunya air didalam tanah. Lubang Biopori ditemukan oleh Dr. Kamir Raziudin Brata seorang peneliti dan dosen ilmu tanah dan sumber daya lahan di IPB.
Pembuatan Biopori dapat dilakukan pada lokasi kebun, halaman rumah, dan lokasi yang dilalui air hujan atau disebelah kanan dan kiri pohon. Waktu pembuatan biopori dapat dilakukan pada setiap saat, hanya waktu yang paling bagus adalah puncak musim penghujan agar diketahui kedalaman muka air tanah. Jumlah pembuatan biopori setiap luas 100 m2 idealnya dibuat 30 titik dengan jarak antara 0,5 – 1 meter. Ukuran kedalaman biopori adalah 80 – 100 cm dan diameter 10 cm, bila kedalaman > 100 cm maka cacing-cacing dan organisme pengurai lainnya akan kekurangan oksigen sehingga tidak dapat bekerja secara maksimal. Pada bibir lubang dilakukan pengerasan dengan semen atau potongan pendek pralon (± 20 cm) untuk mencegah terjadinya erosi tanah kemudian di bagian atas diberi tutup pengaman yang dapat dengan mudah dibuka dan ditutup untuk memasukkan sampah organik.
Apabila sampah organik cukup banyak dapat didorong dengan tongkat yang tumpul, tetapi tidak boleh terlalu padat karena akan mengganggu proses peresapan air ke samping. Lubang Biopori dengan kedalaman 100 cm dan diameter 10 cm dapat menampung 7,8 L sampah. Sampah kebun berupa daun dan rating bisa menjadi kompos dalam waktu 2-3 bulan. Kompos yang sudah jadi dapat diambil dengan alat bor atau bantuan sendok semen.
Gambar.1. Fungsi Biopori
Gambar. 2. Penampang samping Lubang Biopori